Selasa, 06 November 2012

Cerpen 1


Ini adalah cerpen pertama yang gue buat. Cerpen ini gue buat waktu masih kelas 2 SMP. Jadi mohon dimaklumin aja kalo gaya bahasanya masih jelek banget. Tapi gue harap, yang baca pada suka. :)

                                       BEST BAND FOREVER

       Di pagi yang cerah, disebuah rumah sederhana yang tampak begitu indah karna banyak dihiasi dengan bermacam-macam tumbuhan dan bunga yang menghiasi teras rumah itu. Dirumah itu banyak sekali terdapat ruangan-ruangan yang lengkap dengan semua perabotan rumah tangga. Rumah kost ibu Rani, Itulah sekilas keadaan sebuah rumah kost sederhana yang didalamnya terdapat sebuah kisah, sekaligus kenangan terindah yang mungkin tak akan  pernah terlupa sepanjang masa.
       “Brum-brum” terdengar suara gas motor yang begitu riuh, tepat diteras rumah kost tersebut. “ Bu, Zika pergi ke sekolah dulu ok!”  kata ku kepada bu Rani, pemilik rumah kost tersebut. “Aku juga ya bu.” sahut  Tria, temanku yang satu kost, sekaligus teman satu kelasku. “Hati-hati ya bawa motornya dijalan dan ingat jangan ngebut-ngebut ya.” jawab Bu Rani kepada kami berdua. “ Ayo Tria kita pergi sudah siang nih nanti telat lagi.” kata Raya pada Tria. “Ok deh, pegangan yang kenceng ya. Soalnya gue mau ngebut nih bawa motornya.” Jawab Tria kepada Raya.  Raya adalah teman satu kamar kost Tria dan sekaligus teman satu kelas ku juga. Setelah berpamitan, kami bertiga langsung pergi menuju sekolah. “Zi, kayaknya ada yang kurang nih, tapi apa ya?” tanya Tria pada ku. Aku pun bingung memikirkan kata-kata Tria barusan. Saat kami sedang memikirkan apa yang telah kami tinggalkan, tiba-tiba tedengar suara yang memanggil dari kejauhan. “Zi…..! tungguin gue dong !” Hih itu suara siapa ya…? Kok manggil nama gue.” tanya ku dalam hati“.Tetapi, setelah aku melihat ke belakang, ternyata itu suara Fitri. Pantesan ada yang kurang, ternyata kita lupa ngajak Fitri pergi ama kita.” jawab Tria dengan singkat. “ Eh kalau mau nebeng cepetan dong jalannya entar kita telat.” Kataku pada Fitri. Selain teman satu kost dan sekolah, kami juga merupakan teman satu band di sekolah.“
   
    Akhinya kami pun sampai disekolah kami yaitu, SMA Tunas Harapan. Sesampainya kami dikelas, kami disambut senyuman ramah dari teman-teman kami. Ya, seperti biasa, yang namanya anak sekolah kalau sudah kumpul bareng sama teman-teman di kelas, tujuannya pasti enggak jauh-jauh dari bergosip. Contohnya saja Tria, cewek yang satu ini memang ratunya gosip. Setiap hari ada-ada saja hal yang selalu ingin digosipin sama dia. Berbeda jauh sekali dengan Fitri yang tidak  suka membicarakan masalah orang. Tetapi kalau Raya, setali tiga uang sama Tria. Mereka berdua ibarat pinang di belah dua, maksutnya sama-sama hoby gosip. Hanya saja yang membedakan dari sifat mereka adalah sifat Raya yang begitu feminim, sedang kan Tria adalah cewek yang mempunyai gaya yang casual. Kalau aku, paling beda dari mereka semua, karena diantara mereka hanya aku yang mempunyai gaya yang sangat tomboi dan paling suka yang namanya humor.
       Tak terasa bel masuk berbunyi, sudah saatnya bagi kami untuk masuk, untuk memulai pelajaran. Itu lah sekilas kehidupan kami saat dikelas bersama teman-teman. Mungkin tak banyak hal yang istimewa dari kami berempat saat disekolah.
       Di saat jam belajar, tiba-tiba Ibu Kepala Sekolah masuk ke kelas kami untuk mengumumkan sesuatu. “ Pagi anak-anak.” Kata Ibu Kep Sek kepada kami. Dengan serentak kami memjawab “Pagi Bu!” “ Hari ini Ibu akan memgumumkan, bahwa bulan depan akan ada acara Festival Band di sekolah kita. Jadi, bagi siswa yang memiliki bakat dan talenta di bidang musik, silakan membentuk kelompok bandnya, dan minggu depan sudah boleh mendaftarkan kelompoknya dengan ketua OSIS kita. Dan setiap kelas hanya boleh mendaftarkan satu kelompok band saja, mengerti?”  tanya Ibu Kep Sek . “Mengerti Bu!” jawab kami serentak. Akhirnya setelah memberikan pengumuman, Ibu Kep Sek pun pergi menuju kelas yang lain untuk  menyampaikan pengumuman tersebut.
       Bel istirahat pun berbunyi, “ Its time to gossip…!”  kata Tria mejerit. “ Eh, sekolah kan mengadakan mengadakan lomba, bagaimana kalau kita ikutan? lagi pula kita kan bisa main alat musik gimana setuju?”  kata Raya kepada kami. “ Kalau gue  setuju banget dengan usul kamu Raya, selain dapat unjuk gigi, kita juga bisa tunjukin ke cowok-cowok, bahwa cewek juga bisa lebih dari cowok. Ya enggak Zi?” tanya Fitri pada ku. “ Kalau gue  setuju-setuju aja sama usul kalian. Lagi pula itu kan tidak merugikan bangsa dan negara kita.” Jawab ku singkat. “ So, gimana nih kapan kita mulai latihan?” tanya Tria pada Raya. “Gimana kalau setelah pulang kita langsung ke studio band langganan kita.” Jawab Raya. “Ok deh kalau gitu. Oh ya, ngomong-ngomong, entar kita nyanyi lagu apa?” tanya Fitri. “Gimana kalau kita nyanyiin lagu baru ciptaan gue  yang  jelas kalian pasti suka sama lirik lagu ini.” Jawab ku. “Kalau ghitu enggak ada masalah lagi kan. Itu berarti, kita siap buat latihan dan tampil di festival band bulan depan.” Kata Raya pada kami. Tak terasa bel masuk pun berbunyi. Kami berempat kembali melanjutkan pelajaran dikelas.
       Jam Sudah menunjukan Pukul 13.00 WIB, ini sudah saatnya bagi siswa SMA Harapan untuk pulang. Setelah keluar dari kelas, kami pun langsung menuju tempat dimana aku dan Tria memakirkan motor “Gimana jadi kan kita latihan?” tanya Tria. “Ya jadi dong” jawab Fitri singkat. Setelah aku dan Tria menghidupkan motor, kami pun langsung menuju studio untuk latihan. Sesampainya kami disana kami terkejut melihat Tian, Angga, dan Bryan teman satu kelas kami. mereka bertiga adalah cowok terfaforit  sekolah kami. Selain kaya dan keren, mereka juga termasuk  siswa yang mempunyai seribu talenta. Contohnya saja Tian selain ganteng dan ramah, dia juga berbakat di bidang musik, pandai bermain basket, dan pintar bermain drama. Lain halnya dengan Angga. Angga merupakan cowok yang sangat aktif  dan berbakat di bidang organisasi, seperti paskibra dan pramuka. Walau pun tampangnya sederhana, tapi cowok yang satu ini sudah banyak mengantongi sejuta prestasi dan mengharumkan nama sekolah. Mungkin itu lah yang membuat guru-guru sangat bangga memiliki seorang Angga. Kalau Bryan, merupakan cowok yang paling pintar bermain basket disekolah. Bryan juga merupakan teman satu regu dengan Angga di organisasi. Munkin hal inilah  yang membuat mereka memjadi cowok idola di sekolah kami  sehingga banyak sekali cewek-cewek yang suka dan ngefans sama mereka bertiga.
    “Eh ternyata kalian. Ngapain kalian kesini, memangnya kalian mau main band juga?” tanya Bryan. “ Ya iya lah, enggak mungkin kami datang kesini untuk servis motor.” Jawab Tria. “ Jangan bilang kalau kalian juga mau ikut lomba band di sekolah. Memangnya kalian bisa main alat musik?” Tanya Bryan sinis. “ Eh cowok angkuh, denger ya, jangan kira kami enggak bisa main musik. Gue dan temen-temen gue bisa buktiin bahwa cewek itu bisa lebih dari cowok !” Jawab Tria sambil tersenyum sinis. “ Bry, kita kan satu kelas sama mereka, sedangkan kata Ibu Kep Sek , dalam satu kelas hanya diizinkan mendaftarkan satu regu band. So, gimana kalau kita ajak mereka bersaing. Soalnya gue ingin tahu sehebat apa sih permainan mereka.” Kata Angga kepada Bryan. “Kamu bener banget Ga. Jadi bagaimana kalau kita saingan? Band siapa yang paling di sukai anak-anak dikelas, itulah band yang akan ikut festival musik bulan depan gimana setuju enggak dengan tantangan kami?” tanya Bryan. “Kami sangup terima tantangan dari kalian.” Jawab Fitri tegas. “Oke kalau begitu, mulai sekarang kita saingan.” Tantang Bryan. “ Oh ya Bry, sebaiknya kita cari studio lain aja ya soalnya gue enggak mau dengerin permainan musik mereka entar kita sakit kuping lagi. Apa lagi kalau Fitri yang main, bisa rusak nanti semua isi studio ini.” Kata Angga sembari tertawa kecil. “Eh apa sih maksut kamu mengejek  temen gue. Kamu sudah bosen hidup apa? ” Jawab ku sambil mengepalkan tangan ku kearah Angga. “Sudah-sudah jangan berkelahi disini. Lagian kamu kan cowok. Dan sepantasnya kamu mengalah sama cewek. Bukannya malah berkelahi dengan cewek” kata Tian pada Angga. “Ya sudah kalau begitu kita pergi aja dari sini, lagian masih banyak kok studio band di daerah sini.” Jawab Bryan. Setelah mereka pergi akhirnya kami pun bisa bermain dengan leluasa.
       Setelah masuk ke studio, kami berempat mulai mengaracement musik yang pas untuk lagu kami nanti. Setelah cukup lama mengaracement musik, akhirnya kami pun bersiap di posisi kami masing- masing. Dengan Raya sebagai Vokalis, Fitri sebagai bassis, Tria sebagai gitaris, dan gue  sendiri sebagai drumer. Setelah kami mulai bermain, tiba-tiba pemilik studio pun masuk keruangan tempat kami latihan. “Wow, sepertinya kalian ini berbakat sekali di bidang musik.” Kata pemilik studio kepada kami. “Ah, Bapak terlalau memuji kami.” Jawab Raya malu. “memangnya kalian tidak melihat, didepan sana banyak sekali anak muda yang rela nongkrong disini hanya sekedar ingin mendengar musik kalian.” Jawab Bapak pemilik studio, dengan menunjukan tangannya kearah depan studio yang dipenuhi segerombol orang-orang yang sedang melihat kami bermain musik. Tak terasa, sudah dua jam kami berada didalam studio, ini saatnya bagi kami untuk pulang. Setelah selesai, kami pun langsung pulang ke kost kami kembali. Selama perjalanan pulang Fitri bertanya pada ku. Dia bilang bahwa ia ingin sekali bisa mengendari motor seperti aku dan dia ingin aku yang mengajarinya. Aku pun tak bisa menolak keinginan Fitri. Akhirnya aku pun bersedia untuk mengajarinya mengendarai motor. Sesmpainya di rumah kost, aku langsung beristirahat sebentar untuk melepaskan penat ku seharian ini. Tetapi sayangnya aku tidak bisa menikmati istirahat ku, karena sang pengganggu sudah datang untuk menagih janjinya pada ku, “Zi, bangun katanya mau ngajarin gue main motor?”  tanya Fitri pada ku. “kamu ini bagaimana sih, belajar motor itu kan bisa besok, kalau sekarang gue lagi capek nih.” Jawab ku.     huh,  Zi kok ghitu sih. Ayo dong sekarang aja deh. Mau yach? Kalau Zi masih enggak mau juga, gue ngambek aja deh.” Ancam Fitri pada ku. “ Iya deh, tapi gue cuci muka dulu yah.” Jawab ku. Setelah mencuci muka, aku pun langsung mempersiap kan motor ku. Tetapi alangkah terkejutnya aku melihat motor ku sudah dinyalakan. “Gimana Zi, gue  udah bisa menghidupkan motor, keren kan?” tanya Fitri.  “Iya keren banget”  jawab ku singkat. Akhirnya ku pun langsung mengajak kejalan, untuk mengajarinya bermotor. Setelah sampai dijalan, aku pun langsung menjelaskan tentang caranya mnggunakan motor. Setelah selesai menjelaskan, aku pun langsung menyuruh Fitri untuk mencobanya. Setelah mencoba, Fitri pun langsung bisa mengendarai motor tersebut. “Zi, gue udah bisa nih bawa motornya.”kata Fitri menjerit. Aku pun hanya membalas kata-katanya dengan senyuman saja. Sembari melihat Fitri bermain motor tiba-tiba aku merasa dada ku sangat sesak sekali hingga akhirnya, aku pun pingsan tak sadarkan diri. Malam pun tiba, setelah bangun aku melihat Tria, Raya dan Fitri sedang melihat ku dengan tatapan cemas. “Akhirnya Zika siuman juga nih.”kata Tria gembira. “ Gue, Gue ada dimana nih?” tanya ku tarbata. “ Tenang, kamu sekarang lagi ada dirumah sakit, karena tadi sore kamu pingsan dan tak sadarkan diri.” Jawab Tria. “Thanks ya guys, kalian sudah nolongin gue.” Kataku lemah. “Itu bukan masalah. Oh ya kamu kan belum makan dan minum dari tadi, jadi gue keluar dulu ya untuk cariin makanan buat kamu.” Kata Fitri. “Fit  Gue ikut ya?” tanya Raya kepada Futri. “Boleh-boleh aja kok.” Jawab Fitri senyum. Tak lama Fitri dan Raya keluar, tiba-tiba suster datang,” Apakah ini pasien yang bernama Zika?” tanya suster tersebut. “Ya ini memang pasien yang bernama Zika, memangnya ada apa sus?” kata Tria balik bertanya. “ Begini, saya mau tanya, apakah anda merupakan keluarganya?” tanya suster itu. “Ya memang benar saya keluarganya, jadi ada apa sus?” Tria balik bertanya. “Anda diminta datang keruangan dokter yang merawat pasien ini sekarang!” kata suster. “ Iya sudah kalau begitu, sebentar lagi saya keruangannya.” Jawab Tria singkat. Setelah mendengar perintah suster tersebut, akhirnya Tria langsung bergegas keruangan  dokter.
       Setelah sampai diruangan Dokter yang merawat Zika, tanpa pikir panjang Tria langsung menemui dokter yang dimaksutkan. “Selamat siang Dok, saya temannya pasien yang bernama Zika.” Kata Tria. “ Selamat siang. Mari silakan duduk dulu.” Kata Dokter. “Terima kasih ya dok.” Jawab Tria. “ Sebelumnya saya mau minta maaf, karena saya terpaksa menyampaikan berita buruk ini kepada anda.” Kata dokter tersebut lesu. “ Memangnya berita buruk apa?” tanya Tria heran.  “ Ternyata teman anda yang bernama Zika mengalami paru-paru basa, sehingga dia perlu perawatan yang intensif untuk sementara waktu.” Kata dokter menjelaskan. “ Apakah penyakitnya parah dan tak bisa diobati dok?” tanya Tria cemas. “ tenang, karena ini masih baru  jadi, kemungkinan untuk sembuh sangat besar. Tetapi untuk sementara waktu, pasien dilarang keluar malam dan jangan terlalu capek, karena apa bila terkena angin malam yang dingin dan terlalu capek, penyakit pasien bisa kambuh lagi.” Lanjut dokter. Mendengar  jawaban itu, Tria merasa lega.
       Setelah seminggu dirawat dirumah sakit, akhirnya aku bisa kembali ke kostan ku lagi. “Wah senangnya bisa kembali.” Kata ku gembira. “Ya sudah aku tahu kamu sudah sehat dan bisa kembali kesini, tetapi jangan lupa tetap isirahat yang banyak, karena kamu kan baru sembuh.” Jawab Tria sambil merengkul pundak ku.  Setelah sampai di kamar, aku langsung menaruh barang-barang ku, dan merapikannya sendiri. “Fit, sini dulu deh, ada yang mau gue omongin dengan kamu, masalah Zi!” perintah Tria. “memangnya apa sih yang mau kamu bicarakan?” tanya Fitri heran. “Begini, gue mau bilang kalau Zi terkena penyakit paru-paru basah, karena kamu teman sekamarnya, jadi gue  minta kamu jagain dia ok. Pokoknya jangan sampai dia kecapean dan keluar malam, soalnya hal itu bisa membuat penyakitnya  kambuh.” Jelas Tria. “ Baiklah kalau begitu, gue akan jagain Zi seperti gue jagain diri gue  sendiri. Oh ya tentang masalah ini apakah Raya tahu?” Tanya Fitri. “Kalau Raya enggak tahu tentang masalah ini, dan jangan sampai tahu, karena gue enggak mau dia juga jadi kepikiran, lagian kita kan mau ikut lomba, jadi kalau kita semua mikirin masalah ini, entar kita jadi enggak konsen dengan musik kita.” Jelas Tria. “Ya udah kalau begitu, gue kekamar gue dulu.” Kata Fitri berpamitan untuk menuju ke kamar.
      Saat lagi asik membereskan kamar, tiba-tiba Fitri langsung membantu ku membereskan kamar. “ Fit, kamu enggak perlu membantuku, entar kamu capek.” Kataku pada Fitri. “ Seharusnya aku yang bilang begitu sama kamu. Kamu kan baru sembuh dari sakit, jadi kamu itu harus banyak istirahat biar kamu cepat sembuh, karena kalau kamu sakit kan aku juga yang jadi bingung.” Jelas Fitri. “Tapi apa kamu enggak repot?” tanya ku pada fitri. “Ya enggak lah. Pokoknya tidak ada kata repot buat kamu, yang penting kamu sembuh, biar kita bisa latihan band lagi oke!” jelas Fitri. “Gue jadi enggak enak nih sama kamu.” Kata ku. “Sudah mending kamu sekarang istirahat, dan enggak usah pikirin gue.” Omelnya. Akhirnya aku pun menuruti semua kata-katanya. Aku sangat kagum melihat sikap Fitri yang begitu baik. Sehingga aku pun jadi bingung. Kok tumben-tumbennya dia perhatian sekali dengan kondisi kesehatan ku.
       Malam pun datang. Karena merasa jenuh istirahat, aku  mengambil gitar ku dan langsung menuju ke teras depan rumah untuk meikmati dinginnya angin malam. Setiba disana, aku pun langsung duduk di tepi teras sembari menikmati indahnya bintang dilangit. Malam itu begitu indah bagiku, sehingga akhirnya tanpa sadar aku langsung mempunyai ide untuk mengarasement lagu yang ingin kami tampilkan saat lomba nanti. Mungkin, karena terlalu seriusnya mengarasement lagu, aku pun menjadi terkujut saat melihat Fitri sudah ada di hadapan ku. “ Kamu kok diluar sendirian, memang enggak kedinginan?” tanya Fitri. “ Ah enggak kok, gue ke sini karena gue jenuh seharian istirahat dikamar, lagian gue juga mau mengarasement lagu untuk kita tampil nanti enggak apa-apa kan?” tanya ku. “ Iya enggak apa-apa deh, tetapi ingat kamu harus memakai swaiter yang aku bawain untuk kamu ini, agar kamu enggak kedinginan.”jawabnya sambil memberikan swaiternya pada ku. “ Thanks ya. Oh ya, kamu mau enggak temenin gue disini dan degerin arasement lagu ciptaan ciptaan gue?” pinta ku. “ Iya deh aku temenin kamu disini.” Jawab Fitri. Akhirnya dia mau mengikuti keinginan gue. saat aku sedang menunjukan arasement ku, ternyata aku melihat Fitri sudah mulai mengantuk dan akhirnya dia pun tertidur diatas kursinya. karena aku masih ingin duduk diluar, melihat Fitri yang merasa kedinginan, maka akhirnya ku lepaskan swaiter ku dan menyelimutinya ke tubuh Fitri.
       Keseokan paginya Fitri terkejut mengapa dia sudah berada di kamarnya, padahal semalam dia menemaniku duduk di teras depan rumah. “Eh Fit, sudah pagi nih, buruan deh mandi kita kan mau sekolah entar kamu telat.” Jelas ku. Tanpa pikir panjang, akhirnya Fitri langsung bergegas mandi dan bersiap kesekolah. Setelah semuanya siap, seperti biasa kami berpamitan kepada Ibu Rani, untuk berangkat kesekolah.
       Setelah sampai di sekolah, kami langsung menuju kelas kami. Sesampainya di kelas, kami melihat rombongannya Tian duduk di atas meja. Kami pun akhirnya memilih diam karena kami tak ingin mencari masalah dengan mereka bertiga. Seperti biasanya, setelah belajar seharian, akhirnya saat-saat yang paling menyenangkan yaitu waktunya pulang. setelah bel pulang berbunyi, semua siswa pun bersiap-siap untuk pulang kerumah. Setelah semua siswa pulang, aku bersama teman-teman ku langsung menuju kantin sekolah untuk membicarakan semua masalah Festival sekolah.
       Selagi menikmati makanan kantin kami pun langsung membicarakan masalah festival musik disekolah. “ Gimana nih guys, kita hari ini latihan enggak?” Raya bertanya. “Mendingan enggak usah deh, soalnya, Zi kan baru sembuh, jadi kalau kita latihan, gue takut Zi sakit lagi.” Tria menjawab. “ Kalau kita enggak enggak latihan, entar band kita kalah dari bandnya Bryan.” bentak Raya.  “Ya jangan begitu dong, paling enggak kita pikirin dulu kesehatannya Zi.” Jawab Tria kesal. “Memang apa hubungannya dengan sakitnya dia?” tanya Raya kesal. “ Zi kan pemain drum, jadi main drum itu lebih capek dan susah dibandingkan menyanyi dan main gitar, jadi paling enggak kita harus hargain temen kita yang lagi sakit.” omel Fitri. “Sudah- sudah, Fit, gue kan udah sembuh, buktinya hari ini gue bisa sekolah jadi buat apa kamu pusing-pusing mikirin penyakit gue, dan apa alasan kamu untuk melarang gue.” jawab ku. Saat itu, Fitri hanya bisa diam. Sebenarnya dia tidak mau menceritakan tentang penyakit ku karena apabila aku tahu tentang semua penyakit ku, dia khawair aku tidak bisa konsenrasi dengan pelajaran dan band ku. Dengan terpaksa, akhirnya kami setuju bahwa, hari ini kami latihan. “ Fit, sabar aja ya, gue tahu kok niat kamu baik.”kata Tria menghibur. Fitri pun hanya sanyum menanggapi masalah itu. Setelah pulang, kami langsung menuju ke studio untuk latihan lagi.
       Sesampai disana, kami langsung masuk kedalam studio untuk latihan. Setelah lama latihan, akhirnya kami pun sudah menemukan konsep musik kami, sehingga kami sudah sepakat untuk menyanyikan lagu itu kelak di pentas band nanti. “ Gimana bagus kan?” tanya ku. “ Bagus banget Zi. Mungkin dengan lagu ini kia bisa ngalahin bandnya Bryan yang sombong itu. Dan tinggal satu langkah lagi untuk menuju kesuksesan, yaitu merekam lagu kita dan kita copy sebanyak mungkin sehingga kita dapat membagikannya kepada teman-teman di sekolah. Dengan begitu anak-anak di sana bisa menilai antara lagunya kita dengan lagunya band Bryan. Bener enggak?” jawab Tria gembira. “Yups, kamu bener banget Tira.” Jawab Raya. “Ya sudah kalau begitu mari kita pulang dan
kost kami. Setelah sampai dirumah kost, tiba-tiba aku merasa kedinginan dan dada ku sesak sekali. Karena aku merasa badan ku tidak enak, akhirnya, aku pun langsung istirahat di kamar ku. Setibanya Fitri di kost dia heran, melihat aku langsung tidur tanpa menukar baju seragam ku terlebih dahulu. Menyadari hal itu, Fitri langsung mendekati ku dan memegang badan ku. Alangkah terkejutnya Fitri saat ia mengetahui suhu badan ku sangat tinggi, tanpa berfikir panjang, akhirnya dia langsung mengompres badan ku dengan air dingin. Setelah cukup lama, akhirnnya suhu badan ku sudah kembali normal. Saat aku terbangun dari tidur, aku melihat Fitri dan Tria sedang menungguku di samping ranjang ku. “terima kasih ya, atas bantuan kalian. Oh ya Fit, aku mau minta maaf karena tadi di sekolah aku bentak-bentak kamu.” Kata ku memohon. “Ah enggak apa-apa kok nyantai aja.” Jawab Fitri ringan. “Ngomong-ngomong, Raya kemana sih, kok enggak kelihatan?” tanya ku bingung. Dengan santai Tria menjawab, “ Dia lagi ke warung nasi didepan”.  “ Oh begitu.” Jawab ku sinkat.
       Kesokan harinya, aku pun masih ingin tetap datang ke sekolah, walau pun badan ku masih terasa kurang sehat. “ Kamu hari ini sekolah?” tanya Fitri heran. Dengan ringan aku menjawab, “ Iya dong. Lagian kalau sekolah kan tidak terlalu capek”.  Mendengar ucapan ku Fitri hanya tersenyum dan bilang, “Kalau bawa motor nanti pelan-pelan.” Aku pun tertawa kecil mendengar kata-kata itu. Sesampainya diteras depan, sembari mengelap motornya, Tria bilang, “ Zi mau ikut  jalan enggak pulang sekolah nanti?” aku pun sempat berfikir panjang, sehingga pada akhirnya aku bilang, “ Iya deh gue ikut”. Dengan perasaan senang Tria menjawab,” Nah begitu dong, itu baru temen gue”.  Setelah selesai mengelap motor, aku dan Tria langsung memangil Fitri dan Raya untuk mengajak berangkat sekolah bersama.
       Sesampainya disekolah, Tria bertanya pada Fitri, “ Fit, kamu mau ikut  jalan-jalan enggak?
“Boleh juga nih, hitung-gitung sekalian refresing.” Jawab Fitri.
“Kalau kamu gimana Raya?” tanya ku.
“ Kayaknya enggak deh, soalnya gue ada janji sama temen yang lain,” jawab Raya.
“ Ya sudah kalau begitu,” kata ku.
     Akhirnya bel masuk berbunyi, ini sudah saatnya untuk  belajar. Mendengar bel tersebut, kami pun langsung bergegas masuk ke kelas. Setelah sampai di kelas, untungnya guru yang bersangkutan belum masuk  jadi kami dapat bernapas lega. Setelah lama menunggu, ternyata guru yang bersangkutan belum datang juga. Akhirnya, kami berinisiatif untuk memanggil  guru yang bersangkutan di ruang guru. Setelah sampai diruang guru,ternyata guru yang bersangkutan tersebut sedang asik mengobrol dengan guru yang lainnya. Maksut hati ingin memanggil guru, tetapi rasanya takut. “ Gimana nih gue enggak berani manggil guru.” Fitri cemas.
“Apa lagi gue. Gue kan bukan ketua kelas jadi enggak pernah tahu gimana caranya manggil guru,” Jawab Raya dengan santai. “Tapi gimana kalau Zi yang manggil, soalnya dia kan biasa manggil guru, jadi pasti dia berani dong.”
“Kalau masalah manggil guru itu mudah saja, tetapi apa kalian tidak lihat guru-guru disini sedang asik bercerita, jadi enggak mungkin kita ganggu,” jawab ku “Atau begini saja, kita tunggu sampai bu guru selesai ngobrolnya. Setelah selesai baru kita panggil gimana?”
“ terserah kamu deh. Tapi kayaknya gue mesti ke kamar kecil dulu, soalnya udah kebelet nih,” Jawab Raya. “ Tapi, kalau mau panggil guru ajak gue  yah”. “ Iya deh. Tapi buruan ya.” Jawab Tria. Berselang beberapa menit, moment yang kami tunggu akhirnya datang juga.
“ Yuk Tria kita panggil gurunya.” Ajak Fitri
“Zi ayo.” sambung Tria. Dengan refleks aku langsung memangil Raya yang sedang ada di WC, yang terletak di sebelah ruang guru,
“ Raya buruan, mau manggil guru nih.” Mendengar hal itu, Raya pun langsung terburu-buru, hingga tanpa sadar dia lupa menutup resliting roknya. Melihat hal itu, semua guru pun tertawa. Karena merasa malu, Raya pun akhirnya cepat-cepat menutup resliting roknya agar tak banyak orang tahu. Mengingat kejadian tersebut, rasanya kami ingin tertawa terbahak-bahak tak henti-hentinya. Detik-detik berlalu, tujuh jam sudah kami belajar di sekolah, dan sudah tiba saatnya untuk kami pulang.
“Gimaa nih,  jadi enggak kita pergi?” tanya Tria.
“ Jadi dong. Tapi kita pulang dulu kan?” kata ku balik bertanya.
“Iya kita pulang dulu, setelah pulang, baru kita pergi jalan.” Jawab Tria ringan.
“ Kalau begitu ayo kita pulang, dan kita bisa langsung jalan-jalan.” Teriak ku gembira.
       Setelah sampai dirumah, kami langsung bersiap untuk jalan-jalan. “Eh nanti kita pergi kemana?” tanya ku pada Tria.
“Pokoknya kita bakal pergi ketempat yang menyenangkan.” Jawab Tria
“Asik dong kalau begitu. Oh ya ngomong-ngomong, sayang banget ya Raya enggak bisa ikut sama kita.” Kata ku.
“Ah engak apa kok, lagian hari ini gue juga pergi walau pun enggak  sama kalian, tapi gue  yakin jalan-jalan kalian pasti tetap menyenagkan.” Jelas Raya. Setelah selesai ngobrol bareng, akhirnya aku, Tria, dan Fitri langsung jalan. Saat di perjalanan, Fitri  bertanya, “Memangnya kita mau kemana nih?” tanya Fitri pada Tria.
“ Kita pergi ke Mall  Jaya Raya aja, gimana?” Tria balik bertanya.
“ Ok deh, boleh juga.”  Jawab Fitri. Setelah sampai ditujuan, Tria lansung mengajak kami untuk main Billiar di salah satu cafe  yang ada di Mall tersebut. Akhirnya kami tiba di tujuan. Karena tak sabar lagi, aku langsung menyewa meja billiar untuk kami bermain. Selagi sedang bermain, tiba-tiba kami melihat Tian sedang  main Billiar dengan temannya tetapi bukan dengan Bryan dan Angga. Mungkin karena Tian juga melihat kami, dia pun menghampiri kami dan mengajak kami ngobrol.
“ Ngapain kalian kesini,” tanya Tian. “ Tapi kok enggak bareng dengan Raya?”
“Soalnya Raya hari ini sedang jalan dengan emannya yang lain.” Jawab ku dengan muka yang sedikit cemberut.
“ Oh ya gue baru ingat nih, gue mau minta maaf  sama kalian, karena teman-teman gue mungkin terlalu kasar dengan kalian gara-gara masalah Festival sekolah kan.?” Pinta Tian. “ Padahal gue pernah sih coba ngasih tahu mereka tentang pendapat gue, tetapi mereka tidak mau dengar.”
“Emangnya pendapat kamu apa?” tanya Tria.
 “ Gue bilang sama mereka, dari pada pusing mikirin masalah ini lebih baik kita gabung aja dengan band kalian, eh ternyata, mereka menolak keras.”
“ Kenapa kamu melakukan semua itu?” tanya ku heran.
“Kalian pikir aja, daripada kita ribut, lebih baik kita gabung membentuk satu band untuk mewakili kelas kita, siapa tahu kalau kita gabung kita bisa memenagkan Festival sekolah. Dan sebenarnya gue mau sih berteman dengan kalian atau yang lainnya.” Tian memjelaskan.
“Oh begitu.” Jawab Fitri menyimpulkan. Setelah cukup lama ngobrol, akhirnya kami diajak Tian makan-makan sebagai tanda bahwa ucapannnya itu serius. Setelah sampai ditempat makan, alangkah terkejutnya kami saat melihat Raya sedang makan ditempat yang sama dengan kami. Tiba-tiba Raya melihat kami dan langsung menghampiri kami dengan muka masam.
“Kalian bertiga ikut gue  sebentar!” perintah Raya. Karena merasa Raya marah, maka kami tidak berani melanggar perintahnya. Sesampainya di tempat yang agak sepi, dengan nada yang tinggi, Raya berkata, “ Ngapain kalian pergi bareng sama Tian?”
“Kami enggak pergi sama Tian, hanya saja tadi kami bertemu saat kami sedang bermain Billiar dan akhirnya kami diajak makan disini .” Jelas Fitri
“Tapi dia kan saingan kita, bisa saja dia pura-pura baik dengan kita, lalu tida-tiba dia nikam kita dari belakang, bagaimana?”
“Ya jangan begitu dong, siapa tahu Tian memang ingin berteman dengan kita, lagian kita kan enggak boleh menuduh sembarangan.” Jelas Fitri
“ Pokoknya gue enggak mahu tahu, sekarang kalian pilih gue atau Tian?” tanya Raya ngotot. “Oh, atau mungkin diantara kalian ada yang suka sama Tian dan mau menghianati persahabatan kita, begitu?”
“ Bukan begitu, yang jelas gue tetap pilih persahabatan kita dan band kita, tapi apa salah kalau kita mau berteman dengan orang lain? Lagian diantara gue, Zi, dan Tria enggak ada perasaan suka sama Tian.”
“Fit, pokoknya gue enggak mau tahu, yang jelas mulai sekarang lupain persahabatan kita, band kita dan semua hal yang berhubungan tentang kita. Yang jelas kalian itu semuanya penghianat besar.” Jawab Raya kesal. Semenjak kejadian tersebut, kami tidak pernah saling bertegur sapa dengan Raya hanya karena masalah sepeleh seperti itu. Hari demi hari berlalu, tak terasa hubungan kami semakin membaik dengan Tian, hingga sampai-sampai Bryan dan Angga ikut menjadi teman akrab kami. Melihat hubungan kami semakin membaik, Raya semakin tidak senang melihat kami berteman dengan kelompoknya Tian. Ditambah lagi kami sekarang sudah memjadi satu kelompok band yang solid. Buktinya kami sering latihan bersama dengan penuh semangat. Tak terasa waktu kami latihan tinggal satu minggu lagi, tetapi walau pun kami sudah menjadi band yang kompak, sampai sekarang kami belum dapat menemukan orang yang tepat untuk menggantikan posisinya Raya. Karena merasa bingung, akhirnya kami sepakat untuk menjelas kan semua pokok permasalahan dan meminta Raya bergabung bersama kami lagi. Berbagai cara pun sudah kami tempuh untuk berdamai dengan Raya, tetapi dia malah tidak menggubris penjelasan kami ke dia.
       Sebulan pun berlalu akhirnya moment yang ditunggu-tunggu datang juga. Tetapi sampai saat itu Raya masih tetap pada pendiriannya yang semula. Karena sudah merasa kepepet, akhirnya dengan  terpaksa kami menyuruh Fitri untuk mengantikan posisinya Raya. Detik demi detik terus berdetak, tetapi keputusan itu membuat ku merasa tidak puas. Karena aku yakin sebagus apapun band ini, tak akan sebagus kalau tanpa Raya. Dengan penuh keyakinan aku akhirnya bertanya kepada Tria, “Tria, kira-kira kia manggung berapa jam lagi?”
“Mungkin kira-kira satu jam lagi, emangnya kenapasih?” tanya Tria heran.
“Pokoknya kalian tenang saja, gue janji akan membawa Raya tampil bersama kita.”
“Gue ikut ya?”
“Kamu enggak usah ikut oke. Pokoknya masalah ini gue yang tanggung. Yang penting kalian doakan aku supaya berhasil.” Setelah berpamitan aku langsung menancap gas motorku kencang-kencang agar aku bisa lebih cepat membawa Raya untuk tampil di Festival band. Siang itu hari terasa dingin karena langit mulai terlihat mendung. Untunglah aku membawa jaket ku sehingga aku tidak merasa kedinginan. Sesampainya di rumah kost aku langsung mencari Raya untuk menjelaskan duduk masalah yang sebenarnya. Setelah bertemu dengan Raya, tanpa membuang waktu, aku lansung menceritakan tentang semua masalah yang telah terjadi selama ini. Mendengar semua itu, hati Raya tersentuh dan akhirnya mau ikut bergabung dengan band kami. Setelah puas mendengar jawaban dari Raya aku langsung memboncengnya dan menancap gas motor ku agar kami tidak telat sampai kesana. Selama diperjalanan, ternyata hujan turun dengan derasnya. Akhirnya aku langsung memberikan jaket besera Helm ku kepada Raya.
“Kenapa kamu memberikan jaket dan helmmu untuk ku pakai?”
“Karena kamu seorang vocalis, gaya kamukan harus rapi dan keren, tetapi kalau badan kamu basah, entar penampilan kamu bisa mengurangi nilai untuk band kita. Sedangkan gue hanya seorang pemain drum. Walaupun gaya gue ancur, enggak bakal ngurangi nilai band kita. Pokoknya kamu enggak usah banyak tanya buruan deh kamu pake bajunya.” Setelah memakai baju, akhirnya kami langsung menancap motor, karena aku takut nanti terlambat sampai disana. Setelah sampai disana, untunglah kami tidak terlambat. Berhubung band kami sudah diminta untuk tampil, tanpa pikir panjang, aku dan Raya langsung naik kepanggung dan memulai aksi kami. Ternyata dugaan ku tidak salah. Setelah tampil mewakili kelas, banyak sekali anak yang bersorak mendukung band kami. Setelah tampil kami pun langsung menuju tempat duduk kami dan beristirahat. Tetapi sayangnya, mungkin karena terkena hujan dan angin akhirnya penyakit ku kambuh kembali, dan membuat ku pingsan tak sadarkan diri. Setelah lama tak sadarkan diri, akhirnya aku bisa kembali membuka mataku. Saat kulihat disekeliling ku sudah berdiri teman-temanku yang setia menemaniku. Akhirnya karena aku merasa mampu berbicara, akupun bertanya kepada Tian, “Gimana band kita menang enggak?”
“Enggak tahu juga nih gue juga lagi menunggu telepon dari Angga dan Bryan, katanya biar mereka yang kasih tahu.”  Tiba-tiba handpone Tian berbunyi. Setelah diangkat telepon itu, betapa bahagianya Tian mendengar bahwa band kami menjadi juara dan ditawari untuk membuat album. Mendengar hal tersebut kami merasa sangat senang, meski kami terpaksa merayakan nya dirumah sakit.
       Semenjak saat itu, band kami mulai terkenal dan album kami laku keras sampai sekarang. Itulah sekilas contoh bahwa sebuah kata persahabatan dapat mengalahkan tingginya tembok keangkuhan dan mempersatukan dua pemikiran yang dulunya berseteru. Aku pun berharap semoga persahabatan ini akan kekal selamanya, walaupun sampai kami tua nanti, selamanya.
                                       

                                                ………………TAMAT……………….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar