Ini adalah
cerpen pertama yang gue buat. Cerpen ini gue buat waktu masih kelas 2 SMP. Jadi
mohon dimaklumin aja kalo gaya bahasanya masih jelek banget. Tapi gue harap,
yang baca pada suka. :)
BEST BAND FOREVER
Di pagi yang cerah,
disebuah rumah sederhana yang tampak begitu indah karna banyak dihiasi dengan
bermacam-macam tumbuhan dan bunga yang menghiasi teras rumah itu. Dirumah itu banyak
sekali terdapat ruangan-ruangan yang lengkap dengan semua perabotan rumah
tangga. Rumah kost ibu Rani, Itulah sekilas keadaan sebuah rumah kost sederhana
yang didalamnya terdapat sebuah kisah, sekaligus kenangan terindah yang mungkin
tak akan pernah terlupa sepanjang masa.
“Brum-brum” terdengar suara gas motor
yang begitu riuh, tepat diteras rumah kost tersebut. “ Bu, Zika pergi ke
sekolah dulu ok!” kata ku kepada bu
Rani, pemilik rumah kost tersebut. “Aku juga ya bu.” sahut Tria, temanku yang satu kost, sekaligus teman
satu kelasku. “Hati-hati ya bawa motornya dijalan dan ingat jangan
ngebut-ngebut ya.” jawab Bu Rani kepada kami berdua. “ Ayo Tria kita pergi
sudah siang nih nanti telat lagi.” kata Raya pada Tria. “Ok deh, pegangan yang
kenceng ya. Soalnya gue mau ngebut nih bawa motornya.” Jawab Tria kepada Raya. Raya adalah teman satu kamar kost Tria dan
sekaligus teman satu kelas ku juga. Setelah berpamitan, kami bertiga langsung
pergi menuju sekolah. “Zi, kayaknya ada yang kurang nih, tapi apa ya?” tanya
Tria pada ku. Aku pun bingung memikirkan kata-kata Tria barusan. Saat kami
sedang memikirkan apa yang telah kami tinggalkan, tiba-tiba tedengar suara yang
memanggil dari kejauhan. “Zi…..! tungguin gue dong !” Hih itu suara siapa ya…?
Kok manggil nama gue.” tanya ku dalam hati“.Tetapi, setelah aku melihat ke
belakang, ternyata itu suara Fitri. Pantesan ada yang kurang, ternyata kita
lupa ngajak Fitri pergi ama kita.” jawab Tria dengan singkat. “ Eh kalau mau
nebeng cepetan dong jalannya entar kita telat.” Kataku pada Fitri. Selain teman
satu kost dan sekolah, kami juga merupakan teman satu band di sekolah.“
Akhinya kami pun sampai disekolah kami yaitu, SMA Tunas Harapan. Sesampainya kami dikelas, kami disambut senyuman ramah dari teman-teman kami. Ya, seperti biasa, yang namanya anak sekolah kalau sudah kumpul bareng sama teman-teman di kelas, tujuannya pasti enggak jauh-jauh dari bergosip. Contohnya saja Tria, cewek yang satu ini memang ratunya gosip. Setiap hari ada-ada saja hal yang selalu ingin digosipin sama dia. Berbeda jauh sekali dengan Fitri yang tidak suka membicarakan masalah orang. Tetapi kalau Raya, setali tiga uang sama Tria. Mereka berdua ibarat pinang di belah dua, maksutnya sama-sama hoby gosip. Hanya saja yang membedakan dari sifat mereka adalah sifat Raya yang begitu feminim, sedang kan Tria adalah cewek yang mempunyai gaya yang casual. Kalau aku, paling beda dari mereka semua, karena diantara mereka hanya aku yang mempunyai gaya yang sangat tomboi dan paling suka yang namanya humor.
Tak terasa bel masuk berbunyi, sudah
saatnya bagi kami untuk masuk, untuk memulai pelajaran. Itu lah sekilas
kehidupan kami saat dikelas bersama teman-teman. Mungkin tak banyak hal yang
istimewa dari kami berempat saat disekolah.
Di saat jam belajar, tiba-tiba Ibu
Kepala Sekolah masuk ke kelas kami untuk mengumumkan sesuatu. “ Pagi
anak-anak.” Kata Ibu Kep Sek kepada kami. Dengan serentak kami memjawab “Pagi
Bu!” “ Hari ini Ibu akan memgumumkan, bahwa bulan depan akan ada acara Festival
Band di sekolah kita. Jadi, bagi siswa yang memiliki bakat dan talenta di
bidang musik, silakan membentuk kelompok bandnya, dan minggu depan sudah boleh
mendaftarkan kelompoknya dengan ketua OSIS kita. Dan setiap kelas hanya boleh
mendaftarkan satu kelompok band saja, mengerti?” tanya Ibu Kep Sek . “Mengerti Bu!” jawab kami
serentak. Akhirnya setelah memberikan pengumuman, Ibu Kep Sek pun pergi menuju
kelas yang lain untuk menyampaikan
pengumuman tersebut.
Bel istirahat pun berbunyi, “ Its time
to gossip…!” kata Tria mejerit. “ Eh,
sekolah kan mengadakan mengadakan lomba, bagaimana kalau kita ikutan? lagi pula
kita kan bisa main alat musik gimana setuju?”
kata Raya kepada kami. “ Kalau gue
setuju banget dengan usul kamu Raya, selain dapat unjuk gigi, kita juga
bisa tunjukin ke cowok-cowok, bahwa cewek juga bisa lebih dari cowok. Ya enggak
Zi?” tanya Fitri pada ku. “ Kalau gue
setuju-setuju aja sama usul kalian. Lagi pula itu kan tidak merugikan
bangsa dan negara kita.” Jawab ku singkat. “ So, gimana nih kapan kita mulai
latihan?” tanya Tria pada Raya. “Gimana kalau setelah pulang kita langsung ke
studio band langganan kita.” Jawab Raya. “Ok deh kalau gitu. Oh ya,
ngomong-ngomong, entar kita nyanyi lagu apa?” tanya Fitri. “Gimana kalau kita
nyanyiin lagu baru ciptaan gue yang jelas kalian pasti suka sama lirik lagu ini.”
Jawab ku. “Kalau ghitu enggak ada masalah lagi kan. Itu berarti, kita siap buat
latihan dan tampil di festival band bulan depan.” Kata Raya pada kami. Tak
terasa bel masuk pun berbunyi. Kami berempat kembali melanjutkan pelajaran
dikelas.
Jam Sudah menunjukan Pukul 13.00 WIB, ini sudah saatnya bagi siswa SMA
Harapan untuk pulang. Setelah keluar dari kelas, kami pun langsung menuju tempat
dimana aku dan Tria memakirkan motor “Gimana jadi kan kita latihan?” tanya Tria.
“Ya jadi dong” jawab Fitri singkat. Setelah aku dan Tria menghidupkan motor,
kami pun langsung menuju studio untuk latihan. Sesampainya kami disana kami
terkejut melihat Tian, Angga, dan Bryan teman satu kelas kami. mereka bertiga
adalah cowok terfaforit sekolah kami. Selain
kaya dan keren, mereka juga termasuk
siswa yang mempunyai seribu talenta. Contohnya saja Tian selain ganteng
dan ramah, dia juga berbakat di bidang musik, pandai bermain basket, dan pintar
bermain drama. Lain halnya dengan Angga. Angga merupakan cowok yang sangat
aktif dan berbakat di bidang organisasi,
seperti paskibra dan pramuka. Walau pun tampangnya sederhana, tapi cowok yang
satu ini sudah banyak mengantongi sejuta prestasi dan mengharumkan nama
sekolah. Mungkin itu lah yang membuat guru-guru sangat bangga memiliki seorang
Angga. Kalau Bryan, merupakan cowok yang paling pintar bermain basket
disekolah. Bryan juga merupakan teman satu regu dengan Angga di organisasi.
Munkin hal inilah yang membuat mereka
memjadi cowok idola di sekolah kami
sehingga banyak sekali cewek-cewek yang suka dan ngefans sama mereka
bertiga.
“Eh ternyata kalian. Ngapain kalian kesini,
memangnya kalian mau main band juga?” tanya Bryan. “ Ya iya lah, enggak mungkin
kami datang kesini untuk servis motor.” Jawab Tria. “ Jangan bilang kalau
kalian juga mau ikut lomba band di sekolah. Memangnya kalian bisa main alat
musik?” Tanya Bryan sinis. “ Eh cowok angkuh, denger ya, jangan kira kami
enggak bisa main musik. Gue dan temen-temen gue bisa buktiin bahwa cewek itu
bisa lebih dari cowok !” Jawab Tria sambil tersenyum sinis. “ Bry, kita kan
satu kelas sama mereka, sedangkan kata Ibu Kep Sek , dalam satu kelas hanya
diizinkan mendaftarkan satu regu band. So, gimana kalau kita ajak mereka
bersaing. Soalnya gue ingin tahu sehebat apa sih permainan mereka.” Kata Angga
kepada Bryan. “Kamu bener banget Ga. Jadi bagaimana kalau kita saingan? Band
siapa yang paling di sukai anak-anak dikelas, itulah band yang akan ikut
festival musik bulan depan gimana setuju enggak dengan tantangan kami?” tanya
Bryan. “Kami sangup terima tantangan dari kalian.” Jawab Fitri tegas. “Oke
kalau begitu, mulai sekarang kita saingan.” Tantang Bryan. “ Oh ya Bry,
sebaiknya kita cari studio lain aja ya soalnya gue enggak mau dengerin
permainan musik mereka entar kita sakit kuping lagi. Apa lagi kalau Fitri yang
main, bisa rusak nanti semua isi studio ini.” Kata Angga sembari tertawa kecil.
“Eh apa sih maksut kamu mengejek temen
gue. Kamu sudah bosen hidup apa? ” Jawab ku sambil mengepalkan tangan ku kearah
Angga. “Sudah-sudah jangan berkelahi disini. Lagian kamu kan cowok. Dan
sepantasnya kamu mengalah sama cewek. Bukannya malah berkelahi dengan cewek”
kata Tian pada Angga. “Ya sudah kalau begitu kita pergi aja dari sini, lagian
masih banyak kok studio band di daerah sini.” Jawab Bryan. Setelah mereka pergi
akhirnya kami pun bisa bermain dengan leluasa.
Setelah masuk ke studio, kami berempat
mulai mengaracement musik yang pas untuk lagu kami nanti. Setelah cukup lama
mengaracement musik, akhirnya kami pun bersiap di posisi kami masing- masing.
Dengan Raya sebagai Vokalis, Fitri sebagai bassis, Tria sebagai gitaris, dan
gue sendiri sebagai drumer. Setelah kami
mulai bermain, tiba-tiba pemilik studio pun masuk keruangan tempat kami
latihan. “Wow, sepertinya kalian ini berbakat sekali di bidang musik.” Kata
pemilik studio kepada kami. “Ah, Bapak terlalau memuji kami.” Jawab Raya malu. “memangnya
kalian tidak melihat, didepan sana banyak sekali anak muda yang rela nongkrong
disini hanya sekedar ingin mendengar musik kalian.” Jawab Bapak pemilik studio,
dengan menunjukan tangannya kearah depan studio yang dipenuhi segerombol
orang-orang yang sedang melihat kami bermain musik. Tak terasa, sudah dua jam
kami berada didalam studio, ini saatnya bagi kami untuk pulang. Setelah
selesai, kami pun langsung pulang ke kost kami kembali. Selama perjalanan
pulang Fitri bertanya pada ku. Dia bilang bahwa ia ingin sekali bisa mengendari
motor seperti aku dan dia ingin aku yang mengajarinya. Aku pun tak bisa menolak
keinginan Fitri. Akhirnya aku pun bersedia untuk mengajarinya mengendarai
motor. Sesmpainya di rumah kost, aku langsung beristirahat sebentar untuk
melepaskan penat ku seharian ini. Tetapi sayangnya aku tidak bisa menikmati
istirahat ku, karena sang pengganggu sudah datang untuk menagih janjinya pada
ku, “Zi, bangun katanya mau ngajarin gue main motor?” tanya Fitri pada ku. “kamu ini bagaimana sih,
belajar motor itu kan bisa besok, kalau sekarang gue lagi capek nih.” Jawab
ku. “
huh, Zi kok ghitu sih. Ayo dong
sekarang aja deh. Mau yach? Kalau Zi masih enggak mau juga, gue ngambek aja
deh.” Ancam Fitri pada ku. “ Iya deh, tapi gue cuci muka dulu yah.” Jawab ku.
Setelah mencuci muka, aku pun langsung mempersiap kan motor ku. Tetapi alangkah
terkejutnya aku melihat motor ku sudah dinyalakan. “Gimana Zi, gue udah bisa menghidupkan motor, keren kan?”
tanya Fitri. “Iya keren banget” jawab ku singkat. Akhirnya ku pun langsung
mengajak kejalan, untuk mengajarinya bermotor. Setelah sampai dijalan, aku pun
langsung menjelaskan tentang caranya mnggunakan motor. Setelah selesai
menjelaskan, aku pun langsung menyuruh Fitri untuk mencobanya. Setelah mencoba,
Fitri pun langsung bisa mengendarai motor tersebut. “Zi, gue udah bisa nih bawa
motornya.”kata Fitri menjerit. Aku pun hanya membalas kata-katanya dengan
senyuman saja. Sembari melihat Fitri bermain motor tiba-tiba aku merasa dada ku
sangat sesak sekali hingga akhirnya, aku pun pingsan tak sadarkan diri. Malam
pun tiba, setelah bangun aku melihat Tria, Raya dan Fitri sedang melihat ku
dengan tatapan cemas. “Akhirnya Zika siuman juga nih.”kata Tria gembira. “ Gue,
Gue ada dimana nih?” tanya ku tarbata. “ Tenang, kamu sekarang lagi ada dirumah
sakit, karena tadi sore kamu pingsan dan tak sadarkan diri.” Jawab Tria.
“Thanks ya guys, kalian sudah nolongin gue.” Kataku lemah. “Itu bukan masalah.
Oh ya kamu kan belum makan dan minum dari tadi, jadi gue keluar dulu ya untuk
cariin makanan buat kamu.” Kata Fitri. “Fit
Gue ikut ya?” tanya Raya kepada Futri. “Boleh-boleh aja kok.” Jawab
Fitri senyum. Tak lama Fitri dan Raya keluar, tiba-tiba suster datang,” Apakah
ini pasien yang bernama Zika?” tanya suster tersebut. “Ya ini memang pasien
yang bernama Zika, memangnya ada apa sus?” kata Tria balik bertanya. “ Begini,
saya mau tanya, apakah anda merupakan keluarganya?” tanya suster itu. “Ya
memang benar saya keluarganya, jadi ada apa sus?” Tria balik bertanya. “Anda
diminta datang keruangan dokter yang merawat pasien ini sekarang!” kata suster.
“ Iya sudah kalau begitu, sebentar lagi saya keruangannya.” Jawab Tria singkat.
Setelah mendengar perintah suster tersebut, akhirnya Tria langsung bergegas
keruangan dokter.
Setelah sampai diruangan Dokter yang
merawat Zika, tanpa pikir panjang Tria langsung menemui dokter yang
dimaksutkan. “Selamat siang Dok, saya temannya pasien yang bernama Zika.” Kata
Tria. “ Selamat siang. Mari silakan duduk dulu.” Kata Dokter. “Terima kasih ya
dok.” Jawab Tria. “ Sebelumnya saya mau minta maaf, karena saya terpaksa
menyampaikan berita buruk ini kepada anda.” Kata dokter tersebut lesu. “
Memangnya berita buruk apa?” tanya Tria heran.
“ Ternyata teman anda yang bernama Zika mengalami paru-paru basa,
sehingga dia perlu perawatan yang intensif untuk sementara waktu.” Kata dokter
menjelaskan. “ Apakah penyakitnya parah dan tak bisa diobati dok?” tanya Tria
cemas. “ tenang, karena ini masih baru jadi,
kemungkinan untuk sembuh sangat besar. Tetapi untuk sementara waktu, pasien
dilarang keluar malam dan jangan terlalu capek, karena apa bila terkena angin
malam yang dingin dan terlalu capek, penyakit pasien bisa kambuh lagi.” Lanjut
dokter. Mendengar jawaban itu, Tria
merasa lega.
Setelah seminggu dirawat dirumah sakit,
akhirnya aku bisa kembali ke kostan ku lagi. “Wah senangnya bisa kembali.” Kata
ku gembira. “Ya sudah aku tahu kamu sudah sehat dan bisa kembali kesini, tetapi
jangan lupa tetap isirahat yang banyak, karena kamu kan baru sembuh.” Jawab
Tria sambil merengkul pundak ku. Setelah
sampai di kamar, aku langsung menaruh barang-barang ku, dan merapikannya
sendiri. “Fit, sini dulu deh, ada yang mau gue omongin dengan kamu, masalah
Zi!” perintah Tria. “memangnya apa sih yang mau kamu bicarakan?” tanya Fitri
heran. “Begini, gue mau bilang kalau Zi terkena penyakit paru-paru basah,
karena kamu teman sekamarnya, jadi gue
minta kamu jagain dia ok. Pokoknya jangan sampai dia kecapean dan keluar
malam, soalnya hal itu bisa membuat penyakitnya
kambuh.” Jelas Tria. “ Baiklah kalau begitu, gue akan jagain Zi seperti
gue jagain diri gue sendiri. Oh ya tentang
masalah ini apakah Raya tahu?” Tanya Fitri. “Kalau Raya enggak tahu tentang
masalah ini, dan jangan sampai tahu, karena gue enggak mau dia juga jadi
kepikiran, lagian kita kan mau ikut lomba, jadi kalau kita semua mikirin
masalah ini, entar kita jadi enggak konsen dengan musik kita.” Jelas Tria. “Ya
udah kalau begitu, gue kekamar gue dulu.” Kata Fitri berpamitan untuk menuju ke
kamar.
Saat lagi asik membereskan kamar,
tiba-tiba Fitri langsung membantu ku membereskan kamar. “ Fit, kamu enggak
perlu membantuku, entar kamu capek.” Kataku pada Fitri. “ Seharusnya aku yang
bilang begitu sama kamu. Kamu kan baru sembuh dari sakit, jadi kamu itu harus
banyak istirahat biar kamu cepat sembuh, karena kalau kamu sakit kan aku juga
yang jadi bingung.” Jelas Fitri. “Tapi apa kamu enggak repot?” tanya ku pada
fitri. “Ya enggak lah. Pokoknya tidak ada kata repot buat kamu, yang penting
kamu sembuh, biar kita bisa latihan band lagi oke!” jelas Fitri. “Gue jadi
enggak enak nih sama kamu.” Kata ku. “Sudah mending kamu sekarang istirahat,
dan enggak usah pikirin gue.” Omelnya. Akhirnya aku pun menuruti semua
kata-katanya. Aku sangat kagum melihat sikap Fitri yang begitu baik. Sehingga
aku pun jadi bingung. Kok tumben-tumbennya dia perhatian sekali dengan kondisi
kesehatan ku.
Malam pun datang. Karena merasa jenuh
istirahat, aku mengambil gitar ku dan
langsung menuju ke teras depan rumah untuk meikmati dinginnya angin malam.
Setiba disana, aku pun langsung duduk di tepi teras sembari menikmati indahnya
bintang dilangit. Malam itu begitu indah bagiku, sehingga akhirnya tanpa sadar
aku langsung mempunyai ide untuk mengarasement lagu yang ingin kami tampilkan
saat lomba nanti. Mungkin, karena terlalu seriusnya mengarasement lagu, aku pun
menjadi terkujut saat melihat Fitri sudah ada di hadapan ku. “ Kamu kok diluar
sendirian, memang enggak kedinginan?” tanya Fitri. “ Ah enggak kok, gue ke sini
karena gue jenuh seharian istirahat dikamar, lagian gue juga mau mengarasement
lagu untuk kita tampil nanti enggak apa-apa kan?” tanya ku. “ Iya enggak
apa-apa deh, tetapi ingat kamu harus memakai swaiter yang aku bawain untuk kamu
ini, agar kamu enggak kedinginan.”jawabnya sambil memberikan swaiternya pada
ku. “ Thanks ya. Oh ya, kamu mau enggak temenin gue disini dan degerin arasement
lagu ciptaan ciptaan gue?” pinta ku. “ Iya deh aku temenin kamu disini.” Jawab
Fitri. Akhirnya dia mau mengikuti keinginan gue. saat aku sedang menunjukan
arasement ku, ternyata aku melihat Fitri sudah mulai mengantuk dan akhirnya dia
pun tertidur diatas kursinya. karena aku masih ingin duduk diluar, melihat
Fitri yang merasa kedinginan, maka akhirnya ku lepaskan swaiter ku dan
menyelimutinya ke tubuh Fitri.
Keseokan paginya Fitri terkejut mengapa
dia sudah berada di kamarnya, padahal semalam dia menemaniku duduk di teras
depan rumah. “Eh Fit, sudah pagi nih, buruan deh mandi kita kan mau sekolah
entar kamu telat.” Jelas ku. Tanpa pikir panjang, akhirnya Fitri langsung
bergegas mandi dan bersiap kesekolah. Setelah semuanya siap, seperti biasa kami
berpamitan kepada Ibu Rani, untuk berangkat kesekolah.
Setelah sampai di sekolah, kami langsung
menuju kelas kami. Sesampainya di kelas, kami melihat rombongannya Tian duduk
di atas meja. Kami pun akhirnya memilih diam karena kami tak ingin mencari
masalah dengan mereka bertiga. Seperti biasanya, setelah belajar seharian,
akhirnya saat-saat yang paling menyenangkan yaitu waktunya pulang. setelah bel
pulang berbunyi, semua siswa pun bersiap-siap untuk pulang kerumah. Setelah
semua siswa pulang, aku bersama teman-teman ku langsung menuju kantin sekolah
untuk membicarakan semua masalah Festival sekolah.
Selagi menikmati makanan kantin kami pun
langsung membicarakan masalah festival musik disekolah. “ Gimana nih guys, kita
hari ini latihan enggak?” Raya bertanya. “Mendingan enggak usah deh, soalnya,
Zi kan baru sembuh, jadi kalau kita latihan, gue takut Zi sakit lagi.” Tria menjawab.
“ Kalau kita enggak enggak latihan, entar band kita kalah dari bandnya Bryan.”
bentak Raya. “Ya jangan begitu dong,
paling enggak kita pikirin dulu kesehatannya Zi.” Jawab Tria kesal. “Memang apa
hubungannya dengan sakitnya dia?” tanya Raya kesal. “ Zi kan pemain drum, jadi
main drum itu lebih capek dan susah dibandingkan menyanyi dan main gitar, jadi
paling enggak kita harus hargain temen kita yang lagi sakit.” omel Fitri.
“Sudah- sudah, Fit, gue kan udah sembuh, buktinya hari ini gue bisa sekolah
jadi buat apa kamu pusing-pusing mikirin penyakit gue, dan apa alasan kamu
untuk melarang gue.” jawab ku. Saat itu, Fitri hanya bisa diam. Sebenarnya dia
tidak mau menceritakan tentang penyakit ku karena apabila aku tahu tentang
semua penyakit ku, dia khawair aku tidak bisa konsenrasi dengan pelajaran dan
band ku. Dengan terpaksa, akhirnya kami setuju bahwa, hari ini kami latihan. “
Fit, sabar aja ya, gue tahu kok niat kamu baik.”kata Tria menghibur. Fitri pun
hanya sanyum menanggapi masalah itu. Setelah pulang, kami langsung menuju ke
studio untuk latihan lagi.
Sesampai disana, kami langsung masuk kedalam
studio untuk latihan. Setelah lama latihan, akhirnya kami pun sudah menemukan
konsep musik kami, sehingga kami sudah sepakat untuk menyanyikan lagu itu kelak
di pentas band nanti. “ Gimana bagus kan?” tanya ku. “ Bagus banget Zi. Mungkin
dengan lagu ini kia bisa ngalahin bandnya Bryan yang sombong itu. Dan tinggal
satu langkah lagi untuk menuju kesuksesan, yaitu merekam lagu kita dan kita
copy sebanyak mungkin sehingga kita dapat membagikannya kepada teman-teman di
sekolah. Dengan begitu anak-anak di sana bisa menilai antara lagunya kita
dengan lagunya band Bryan. Bener enggak?” jawab Tria gembira. “Yups, kamu bener
banget Tira.” Jawab Raya. “Ya sudah kalau begitu mari kita pulang dan
kost kami. Setelah
sampai dirumah kost, tiba-tiba aku merasa kedinginan dan dada ku sesak sekali.
Karena aku merasa badan ku tidak enak, akhirnya, aku pun langsung istirahat di
kamar ku. Setibanya Fitri di kost dia heran, melihat aku langsung tidur tanpa
menukar baju seragam ku terlebih dahulu. Menyadari hal itu, Fitri langsung mendekati
ku dan memegang badan ku. Alangkah terkejutnya Fitri saat ia mengetahui suhu
badan ku sangat tinggi, tanpa berfikir panjang, akhirnya dia langsung
mengompres badan ku dengan air dingin. Setelah cukup lama, akhirnnya suhu badan
ku sudah kembali normal. Saat aku terbangun dari tidur, aku melihat Fitri dan
Tria sedang menungguku di samping ranjang ku. “terima kasih ya, atas bantuan
kalian. Oh ya Fit, aku mau minta maaf karena tadi di sekolah aku bentak-bentak
kamu.” Kata ku memohon. “Ah enggak apa-apa kok nyantai aja.” Jawab Fitri
ringan. “Ngomong-ngomong, Raya kemana sih, kok enggak kelihatan?” tanya ku
bingung. Dengan santai Tria menjawab, “ Dia lagi ke warung nasi didepan”. “ Oh begitu.” Jawab ku sinkat.
Kesokan harinya, aku pun masih ingin tetap
datang ke sekolah, walau pun badan ku masih terasa kurang sehat. “ Kamu hari
ini sekolah?” tanya Fitri heran. Dengan ringan aku menjawab, “ Iya dong. Lagian
kalau sekolah kan tidak terlalu capek”.
Mendengar ucapan ku Fitri hanya tersenyum dan bilang, “Kalau bawa motor
nanti pelan-pelan.” Aku pun tertawa kecil mendengar kata-kata itu. Sesampainya
diteras depan, sembari mengelap motornya, Tria bilang, “ Zi mau ikut jalan enggak pulang sekolah nanti?” aku pun
sempat berfikir panjang, sehingga pada akhirnya aku bilang, “ Iya deh gue
ikut”. Dengan perasaan senang Tria menjawab,” Nah begitu dong, itu baru temen
gue”. Setelah selesai mengelap motor,
aku dan Tria langsung memangil Fitri dan Raya untuk mengajak berangkat sekolah
bersama.
Sesampainya disekolah, Tria bertanya
pada Fitri, “ Fit, kamu mau ikut
jalan-jalan enggak?
“Boleh juga nih,
hitung-gitung sekalian refresing.” Jawab Fitri.
“Kalau kamu
gimana Raya?” tanya ku.
“ Kayaknya
enggak deh, soalnya gue ada janji sama temen yang lain,” jawab Raya.
“ Ya sudah kalau
begitu,” kata ku.
Akhirnya bel masuk berbunyi, ini sudah
saatnya untuk belajar. Mendengar bel
tersebut, kami pun langsung bergegas masuk ke kelas. Setelah sampai di kelas,
untungnya guru yang bersangkutan belum masuk
jadi kami dapat bernapas lega. Setelah lama menunggu, ternyata guru yang
bersangkutan belum datang juga. Akhirnya, kami berinisiatif untuk memanggil guru yang bersangkutan di ruang guru. Setelah
sampai diruang guru,ternyata guru yang bersangkutan tersebut sedang asik mengobrol
dengan guru yang lainnya. Maksut hati ingin memanggil guru, tetapi rasanya
takut. “ Gimana nih gue enggak berani manggil guru.” Fitri cemas.
“Apa lagi gue.
Gue kan bukan ketua kelas jadi enggak pernah tahu gimana caranya manggil guru,”
Jawab Raya dengan santai. “Tapi gimana kalau Zi yang manggil, soalnya dia kan
biasa manggil guru, jadi pasti dia berani dong.”
“Kalau masalah
manggil guru itu mudah saja, tetapi apa kalian tidak lihat guru-guru disini
sedang asik bercerita, jadi enggak mungkin kita ganggu,” jawab ku “Atau begini
saja, kita tunggu sampai bu guru selesai ngobrolnya. Setelah selesai baru kita
panggil gimana?”
“ terserah kamu
deh. Tapi kayaknya gue mesti ke kamar kecil dulu, soalnya udah kebelet nih,”
Jawab Raya. “ Tapi, kalau mau panggil guru ajak gue yah”. “ Iya deh. Tapi buruan ya.” Jawab Tria.
Berselang beberapa menit, moment yang kami tunggu akhirnya datang juga.
“ Yuk Tria kita
panggil gurunya.” Ajak Fitri
“Zi ayo.”
sambung Tria. Dengan refleks aku langsung memangil Raya yang sedang ada di WC,
yang terletak di sebelah ruang guru,
“ Raya buruan,
mau manggil guru nih.” Mendengar hal itu, Raya pun langsung terburu-buru,
hingga tanpa sadar dia lupa menutup resliting roknya. Melihat hal itu, semua
guru pun tertawa. Karena merasa malu, Raya pun akhirnya cepat-cepat menutup
resliting roknya agar tak banyak orang tahu. Mengingat kejadian tersebut,
rasanya kami ingin tertawa terbahak-bahak tak henti-hentinya. Detik-detik
berlalu, tujuh jam sudah kami belajar di sekolah, dan sudah tiba saatnya untuk
kami pulang.
“Gimaa nih, jadi enggak kita pergi?” tanya Tria.
“ Jadi dong.
Tapi kita pulang dulu kan?” kata ku balik bertanya.
“Iya kita pulang
dulu, setelah pulang, baru kita pergi jalan.” Jawab Tria ringan.
“ Kalau begitu
ayo kita pulang, dan kita bisa langsung jalan-jalan.” Teriak ku gembira.
Setelah sampai dirumah, kami langsung
bersiap untuk jalan-jalan. “Eh nanti kita pergi kemana?” tanya ku pada Tria.
“Pokoknya kita
bakal pergi ketempat yang menyenangkan.” Jawab Tria
“Asik dong kalau
begitu. Oh ya ngomong-ngomong, sayang banget ya Raya enggak bisa ikut sama
kita.” Kata ku.
“Ah engak apa
kok, lagian hari ini gue juga pergi walau pun enggak sama kalian, tapi gue yakin jalan-jalan kalian pasti tetap
menyenagkan.” Jelas Raya. Setelah selesai ngobrol bareng, akhirnya aku, Tria,
dan Fitri langsung jalan. Saat di perjalanan, Fitri bertanya, “Memangnya kita mau kemana nih?”
tanya Fitri pada Tria.
“ Kita pergi ke
Mall Jaya Raya aja, gimana?” Tria balik
bertanya.
“ Ok deh, boleh
juga.” Jawab Fitri. Setelah sampai
ditujuan, Tria lansung mengajak kami untuk main Billiar di salah satu cafe yang ada di Mall tersebut. Akhirnya kami tiba
di tujuan. Karena tak sabar lagi, aku langsung menyewa meja billiar untuk kami
bermain. Selagi sedang bermain, tiba-tiba kami melihat Tian sedang main Billiar dengan temannya tetapi bukan dengan
Bryan dan Angga. Mungkin karena Tian juga melihat kami, dia pun menghampiri
kami dan mengajak kami ngobrol.
“ Ngapain kalian
kesini,” tanya Tian. “ Tapi kok enggak bareng dengan Raya?”
“Soalnya Raya
hari ini sedang jalan dengan emannya yang lain.” Jawab ku dengan muka yang
sedikit cemberut.
“ Oh ya gue baru
ingat nih, gue mau minta maaf sama
kalian, karena teman-teman gue mungkin terlalu kasar dengan kalian gara-gara
masalah Festival sekolah kan.?” Pinta Tian. “ Padahal gue pernah sih coba
ngasih tahu mereka tentang pendapat gue, tetapi mereka tidak mau dengar.”
“Emangnya
pendapat kamu apa?” tanya Tria.
“ Gue bilang sama mereka, dari pada pusing
mikirin masalah ini lebih baik kita gabung aja dengan band kalian, eh ternyata,
mereka menolak keras.”
“ Kenapa kamu
melakukan semua itu?” tanya ku heran.
“Kalian pikir
aja, daripada kita ribut, lebih baik kita gabung membentuk satu band untuk
mewakili kelas kita, siapa tahu kalau kita gabung kita bisa memenagkan Festival
sekolah. Dan sebenarnya gue mau sih berteman dengan kalian atau yang lainnya.”
Tian memjelaskan.
“Oh begitu.”
Jawab Fitri menyimpulkan. Setelah cukup lama ngobrol, akhirnya kami diajak Tian
makan-makan sebagai tanda bahwa ucapannnya itu serius. Setelah sampai ditempat
makan, alangkah terkejutnya kami saat melihat Raya sedang makan ditempat yang
sama dengan kami. Tiba-tiba Raya melihat kami dan langsung menghampiri kami
dengan muka masam.
“Kalian bertiga
ikut gue sebentar!” perintah Raya.
Karena merasa Raya marah, maka kami tidak berani melanggar perintahnya.
Sesampainya di tempat yang agak sepi, dengan nada yang tinggi, Raya berkata, “
Ngapain kalian pergi bareng sama Tian?”
“Kami enggak
pergi sama Tian, hanya saja tadi kami bertemu saat kami sedang bermain Billiar
dan akhirnya kami diajak makan disini .” Jelas Fitri
“Tapi dia kan
saingan kita, bisa saja dia pura-pura baik dengan kita, lalu tida-tiba dia
nikam kita dari belakang, bagaimana?”
“Ya jangan begitu
dong, siapa tahu Tian memang ingin berteman dengan kita, lagian kita kan enggak
boleh menuduh sembarangan.” Jelas Fitri
“ Pokoknya gue
enggak mahu tahu, sekarang kalian pilih gue atau Tian?” tanya Raya ngotot. “Oh,
atau mungkin diantara kalian ada yang suka sama Tian dan mau menghianati
persahabatan kita, begitu?”
“ Bukan begitu,
yang jelas gue tetap pilih persahabatan kita dan band kita, tapi apa salah
kalau kita mau berteman dengan orang lain? Lagian diantara gue, Zi, dan Tria
enggak ada perasaan suka sama Tian.”
“Fit, pokoknya
gue enggak mau tahu, yang jelas mulai sekarang lupain persahabatan kita, band
kita dan semua hal yang berhubungan tentang kita. Yang jelas kalian itu
semuanya penghianat besar.” Jawab Raya kesal. Semenjak kejadian tersebut, kami
tidak pernah saling bertegur sapa dengan Raya hanya karena masalah sepeleh
seperti itu. Hari demi hari berlalu, tak terasa hubungan kami semakin membaik
dengan Tian, hingga sampai-sampai Bryan dan Angga ikut menjadi teman akrab
kami. Melihat hubungan kami semakin membaik, Raya semakin tidak senang melihat
kami berteman dengan kelompoknya Tian. Ditambah lagi kami sekarang sudah
memjadi satu kelompok band yang solid. Buktinya kami sering latihan bersama
dengan penuh semangat. Tak terasa waktu kami latihan tinggal satu minggu lagi,
tetapi walau pun kami sudah menjadi band yang kompak, sampai sekarang kami
belum dapat menemukan orang yang tepat untuk menggantikan posisinya Raya.
Karena merasa bingung, akhirnya kami sepakat untuk menjelas kan semua pokok permasalahan
dan meminta Raya bergabung bersama kami lagi. Berbagai cara pun sudah kami
tempuh untuk berdamai dengan Raya, tetapi dia malah tidak menggubris penjelasan
kami ke dia.
Sebulan pun berlalu akhirnya moment yang
ditunggu-tunggu datang juga. Tetapi sampai saat itu Raya masih tetap pada
pendiriannya yang semula. Karena sudah merasa kepepet, akhirnya dengan terpaksa kami menyuruh Fitri untuk
mengantikan posisinya Raya. Detik demi detik terus berdetak, tetapi keputusan
itu membuat ku merasa tidak puas. Karena aku yakin sebagus apapun band ini, tak
akan sebagus kalau tanpa Raya. Dengan penuh keyakinan aku akhirnya bertanya
kepada Tria, “Tria, kira-kira kia manggung berapa jam lagi?”
“Mungkin
kira-kira satu jam lagi, emangnya kenapasih?” tanya Tria heran.
“Pokoknya kalian
tenang saja, gue janji akan membawa Raya tampil bersama kita.”
“Gue ikut ya?”
“Kamu enggak
usah ikut oke. Pokoknya masalah ini gue yang tanggung. Yang penting kalian
doakan aku supaya berhasil.” Setelah berpamitan aku langsung menancap gas
motorku kencang-kencang agar aku bisa lebih cepat membawa Raya untuk tampil di
Festival band. Siang itu hari terasa dingin karena langit mulai terlihat
mendung. Untunglah aku membawa jaket ku sehingga aku tidak merasa kedinginan.
Sesampainya di rumah kost aku langsung mencari Raya untuk menjelaskan duduk
masalah yang sebenarnya. Setelah bertemu dengan Raya, tanpa membuang waktu, aku
lansung menceritakan tentang semua masalah yang telah terjadi selama ini.
Mendengar semua itu, hati Raya tersentuh dan akhirnya mau ikut bergabung dengan
band kami. Setelah puas mendengar jawaban dari Raya aku langsung memboncengnya
dan menancap gas motor ku agar kami tidak telat sampai kesana. Selama
diperjalanan, ternyata hujan turun dengan derasnya. Akhirnya aku langsung
memberikan jaket besera Helm ku kepada Raya.
“Kenapa kamu
memberikan jaket dan helmmu untuk ku pakai?”
“Karena kamu
seorang vocalis, gaya kamukan harus rapi dan keren, tetapi kalau badan kamu
basah, entar penampilan kamu bisa mengurangi nilai untuk band kita. Sedangkan
gue hanya seorang pemain drum. Walaupun gaya gue ancur, enggak bakal ngurangi
nilai band kita. Pokoknya kamu enggak usah banyak tanya buruan deh kamu pake
bajunya.” Setelah memakai baju, akhirnya kami langsung menancap motor, karena
aku takut nanti terlambat sampai disana. Setelah sampai disana, untunglah kami
tidak terlambat. Berhubung band kami sudah diminta untuk tampil, tanpa pikir
panjang, aku dan Raya langsung naik kepanggung dan memulai aksi kami. Ternyata
dugaan ku tidak salah. Setelah tampil mewakili kelas, banyak sekali anak yang
bersorak mendukung band kami. Setelah tampil kami pun langsung menuju tempat
duduk kami dan beristirahat. Tetapi sayangnya, mungkin karena terkena hujan dan
angin akhirnya penyakit ku kambuh kembali, dan membuat ku pingsan tak sadarkan
diri. Setelah lama tak sadarkan diri, akhirnya aku bisa kembali membuka mataku.
Saat kulihat disekeliling ku sudah berdiri teman-temanku yang setia menemaniku.
Akhirnya karena aku merasa mampu berbicara, akupun bertanya kepada Tian,
“Gimana band kita menang enggak?”
“Enggak tahu
juga nih gue juga lagi menunggu telepon dari Angga dan Bryan, katanya biar
mereka yang kasih tahu.” Tiba-tiba
handpone Tian berbunyi. Setelah diangkat telepon itu, betapa bahagianya Tian
mendengar bahwa band kami menjadi juara dan ditawari untuk membuat album.
Mendengar hal tersebut kami merasa sangat senang, meski kami terpaksa merayakan
nya dirumah sakit.
Semenjak saat itu, band kami mulai
terkenal dan album kami laku keras sampai sekarang. Itulah sekilas contoh bahwa
sebuah kata persahabatan dapat mengalahkan tingginya tembok keangkuhan dan
mempersatukan dua pemikiran yang dulunya berseteru. Aku pun berharap semoga
persahabatan ini akan kekal selamanya, walaupun sampai kami tua nanti,
selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar